5 Alasan Juventus Masih Dominasi Liga Italia Musim Ini


KAMPIUN dalam delapan musim beruntun di Liga Italia tentu sebuah prestasi yang spesial. Dominasi Juventus amat sulit dihentikan oleh klub-klub lainnya nyaris selama satu dekade terakhir. Rekor pun diukir berupa 35 kali scudetto atau 33 versi resmi Federasi Sepakbola Italia (FIGC).

Memasuki musim baru 2019-2020, Juventus diprediksi mengalami kering prestasi. Selain perubahan di kursi kepelatihan dari Massimiliano Allegri ke Maurizio Sarri, klub-klub Liga Italia lainnya mulai berbenah. Sebut saja Inter Milan yang mendatangkan Antonio Conte, pelatih yang mengawali dominasi Juventus pada 2011-2012.

Baca juga: Target Juventus Bukan Lagi Juara Liga Italia

Tentu saja Juventus tidak tinggal diam melihat pembenahan yang dilakukan rival-rivalnya di Liga Italia. Sejumlah pemain didatangkan I Bianconeri musim ini, seperti Matthijs de Ligt, Aaron Ramsey, Adrien Rabiot, dan Merih Demiral. Kehadiran penggawa anyar itu semakin melengkapi pemain-pemain bermental juara di tubuh Juventus.

Meski diprediksi sulit juara, tentu saja Juventus masih punya kans melanjutkan hegemoni di Serie A. Berikut sejumlah alasan mengapa Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan masih akan mendominasi, melansir dari Sportskeeda, Kamis (22/8/2019).

5. Kembalinya Gianluigi Buffon

Kiper legendaris Italia ini memegang rekor sembilan kali juara liga sepanjang kariernya, semua direbut bersama Juventus. Gigi Buffon juga mencatat rekor cleansheet terbanyak di Liga Italia, yakni 292 kali. Meski sudah berusia 41 tahun, kemampuannya di bawah mistar gawang masih mumpuni.

Gianluigi Buffon memilih nomor 77 di Juventus (Foto: Juventus)

Musim lalu, gawang Juventus dibobol 30 kali di Liga Italia, jumlah yang paling sedikit di antara peserta lain. Namun, cleansheet yang dicatatkan menurun, yakni menjadi 16 kali, lebih sedikit satu buah dibandingkan Napoli.

Padahal, ketika Gianluigi Buffon masih rutin mengawal gawang Juventus, klub asal Kota Turin itu mampu mencatatkan minimal 21 cleansheet dalam satu musim. Kembalinya si kiper gaek tentu akan menambah kuat pertahanan Juventus.

4. Faktor Cristiano Ronaldo

Kehadiran Cristiano Ronaldo di sebuah tim merupakan jaminan juara. CR7 sudah mengantongi gelar juara liga di tiga negara berbeda, Inggris bersama Manchester United, Spanyol bersama Real Madrid, dan Italia bersama Juventus musim lalu.

Cristiano Ronaldo akan kembali menjadi andalan Juventus

Walau masih beradaptasi, Ronaldo sukses menyarangkan 21 gol musim lalu di Serie A. Ia menjadi pemain non-Italia kedua yang mengemas lebih dari 20 gol dalam semusim untuk Juventus di musim perdananya, setelah John Charles pada 1958.

Cristiano Ronaldo sudah menunjukkan dirinya sebagai jaminan gol dan trofi di mana pun bermain. Sudah barang tentu, kehadiran pemain asal Portugal itu bisa menjadi faktor utama berlanjutnya dominasi Juventus musim ini.

3. Kedatangan Matthijs de Ligt

Pertahanan Juventus diprediksi kian kukuh musim ini seiring kedatangan Matthijs de Ligt. Pemain berusia 20 tahun itu punya pengalaman mengantarkan bekas klubnya, Ajax Amsterdam, sebagai kampiun Liga Belanda musim 2018-2019.

Matthijs de Ligt menguatkan lini pertahanan Juventus (Foto: Situs resmi Juventus)

Ketenangan serta kepemimpinannya di lini pertahanan meski masih berusia muda, menjadi daya tarik tersendiri buat klub-klub Eropa. Juventus beruntung mendapatkan servis de Ligt dengan harga 75 juta Euro (setara Rp1,18 triliun) di tengah persaingan dengan klub lain.

Menit bermain Matthijs de Ligt musim ini sangat mungkin tidak cukup banyak mengingat keberadaan duet bek sarat pengalaman, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini. Namun, jika salah satu dari kedua pemain itu absen, tenaga Matthijs de Ligt tentu sangat dibutuhkan untuk menjaga soliditas lini pertahanan.

2. Performa di laga tandang

Stadion Allianz di Turin sudah menjadi benteng tangguh buat Juventus sepanjang musim lalu. Si Zebra tidak terkalahkan selama mentas di hadapan Juventini dengan rincian 15 kali menang dan empat seri. Dari laga kandang, Juventus sanggup mengambil 49 poin.

Performa Juventus di laga tandang musim lalu cukup bagus (Foto: Situs resmi AC Milan)

Salah satu resep juara liga adalah dengan menyeimbangkan penampilan kandang dan tandang. Juventus paham betul soal yang satu ini. Performa musim lalu lagi-lagi menjadi cerminan. Penampilan di kandang lawan menyumbang 41 poin dengan rincian 13 menang, dua seri, dan empat kali kalah.

Dalam persaingan seketat Liga Italia, performa partai tandang berperan signifikan dalam perebutan gelar juara. Apalagi, mereka berhasil menang di kandang rival perburuan scudetto musim lalu, seperti Napoli dan AC Milan, sehingga langkah menuju tangga juara sulit dibendung.

1. Benteng Stadion Allianz

Seperti sudah disinggung, performa Juventus di kandang sendiri benar-benar luar biasa. Pada delapan musim di mana mereka menjadi juara, Juventus mencatatkan rekor 127 kemenangan di kandang dari 152 laga! Giorgio Chiellini dan kawan-kawan terbukti sulit ditandingi di kandang sendiri.

Torino hanya satu dari empat tim yang memetik poin di Stadion Allianz musim lalu (Foto: Juventus/Twitter)

Musim lalu Juventus tidak terkalahkan di kandang sendiri. Genoa, Parma, Atalanta, dan Torino menjadi tim yang sukses mencuri satu poin di Stadion Allianz. Tentu saja, tim-tim tersebut patut diwaspadai lagi oleh Juventus musim depan.

Tim-tim papan tengah ke bawah biasanya tampil lebih bertahan ketika mengunjungi markas Juventus dengan harapan mampu meraih poin. Strategi serupa tentu tidak diterapkan oleh tim-tim papan atas, apalagi rival, yang terkadang bermain terlalu terbuka demi mengejar kemenangan, sesuatu yang disukai Juventus lewat serangan balik mematikan.